Minggu, 26 Februari 2012

Cinta Itu Apa .....???

Sungai, batu, tanah, langit itu menjadi saksi atas percakapan dua orang anak manusia di tengah hari yang menyengat. Diantara kebosanan itu dua orang anak manusia memutuskan untuk pergi dari lokasi pengobatan gratis yang di adakan sekelompok mahasiswa Farmasi menuju ke pinggir sungai, mencari tempat yang nyaman. Di belakang tenda paramis mereka pun duduk, sebuah payung kuning cerah menjadi pelindung keduanya dari sengatan matahari siang yang membakar. Ditemani biskuit dan kerupuk khas Aceh lengkap dengan minuman penyegar tenggorokan mereka menikmati pemandangan sungai yang indah. Di seberang sana ada bebatuan dan rumput-rumput yang menghijau. Tepat di hadapan mereka ada bukit-bukit yang didominasi oleh pohon kelapa dan di bawah bukit-bukit itulah penduduk desa kecil ini membangun tempat tinggal sederhana mereka.
Kedua sahabat karib itu pun menumpahkan segala rasa dan kepenatan yang mereka rasa. Bicara tentang masa lalu, untuk kemudian mengambil hikmahnya. Bicara masa sekarang, untuk seterusnya dijalani dengan ketabahan. Bicara masa depan untuk selanjutnya mempersiapkannya. Perbedaan daerah asal tak membuat mereka berbeda, mereka sama. Satu fikroh. Islam, islamlah yang telah mempersatukan persahabatan mereka. Dengan islam mereka berjalan di muka bumi. Dengan islam mereka menjalani kehidupan sehari-hari, memaknai setiap detiknya dengan dzikir kepada Ilahi. Dengan islam mereka mencoba mencari solusi dari tiap permasalahan yang singgah di kehidupan mereka. Islam ya Islam.
Seperti siang itu dalam percakapan mereka di tepi sungai. Ketika salah satu dari mereka yang sedang dirundung masalah hati akhirnya mulai berbicara.
“Ukhti, cinta itu apa?”
“CINTA?” tanya sahabatnya mengulang lima kata sakral yang baru ditanyakan wanita berjilbab abu-abu yang ada di sebelahnya.
“Ya..C-I-N-T-A..” ulangnya lagi sambil menatap lekat-lekat sahabat karibnya dari Aceh itu.
“Ehm, banyak definisinya. Tergantung dari sudut mana Anti memandangnya.” Wanita berjilbab merah muda itu mengalihkan pandangannya ke sungai. “Jika yang Anti tanya CINTA kepada Allah, maka ku jawab itulah rasa yang benar, cinta yang hakiki, cinta sejati, cinta yang kekal.”
“Tapi, jika yang Anti tanya cinta kepada manusia, maka hanya kekecewaanlah yang akan Anti dapatkan.” Lanjutnya lagi seolah paham cinta apa yang dimaksud oleh akhwat di sebelahnya itu.
Keduanya pun terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak salah lagi, sebenarnya keduanya sama-sama sedang bimbang oleh rangkaian lima huruf itu. Sebuah tanya kembali hadir. Untuk siapakah cinta itu? Kedua anak manusia sedang diuji oleh satu rasa yang memiliki sejuta makna.
Cinta...
Karena hal itulah kau dapat melakukan sesuatu yang mungkin kau sendiri tak menyangka dapat melakukannya.
Karenanya pula kau dapat mengorbankan apapun, bahkan jiwa dan raga tak luput untuk kau berikan.
Karenanya, banyak orang merasakan keindahan apabila ia dapat memeliharanya.
Namun, tak sedikit yang merasakan penderitaan karenanya.
Yang disebabkan mereka telah silau dibuatnya.
Itulah cinta.
Yang menjerumuskan seseorang apabila ia salah menempatkannya.
Namun, dapat menyelamatkan, apabila ia tepat menggunakannya.
Allah-lah sumber cinta yang hakiki.