Senin, 20 Februari 2012

HARAU...!!!


Assalamu'alaikum. wr. wb...2x

Baru saja aku menyelasaikan solat Asharku, ketika Widi minta izin mengantarkan abangnya ke loket Ayah. Sekitar tiga jam yang lalu kami baru saja menempuh perjalanan panjang dari Muara Paiti, desa Widi. Tapi kami nggak langsung pulang, rencananya nginap dulu semalam di rumah kakak pertama Widi di Payakumbuh ini. Cuma abang ketiganya itu mau berangkat ke padang hari ini juga karena besok katanya ada agenda. Jadilah Widi mengantarkan abangnya itu ke loket.

Aku menatap keluar. Hujan masih deras seperti ketika kami sampai tadi. Agak sedih juga karena rencana kami jalan-jalan ke Harau batal. Ku bereskan barang-barangku. Supaya besok tinggal di bawa saja.

Sekitar pukul lima Widi pulang. Setelah memarkirkan Beat merah itu, Widi langsung menghampiriku. Masuk kekamar. Duduk sejenak.

"Sep, masih hujan nih. Yah, nggak jadi jalan-jalan kita. Nggak apa-apa kan?" tanyanya penuh penyesalan. Aku hanya tersenyum lalu mengangguk pelan. tapi kecewa juga karena aku ingin sekali main ke Harau.

Sepertinya Widi bisa menangkap kekecewaanku. tapi dia pun tak bisa berbuat apa-apa. Aku sibuk dengan Al-Qur'an-ku sementara Widi sibuk dengan laptopnya, mengerjakan sesuatu. tak lama aku pun tertidur.

Sekitar 15 menit kemudian hujan pun sedikit mereda. Widi memandang keluar. Lalu membangunkanku.

" Masih mau jalan-jalan nggak?" tanyanya mengejutkanku.

"Ehm, mau siihh... tapi" ucapku ragu

Mendengar jawabanku, Widi langsung menyambar kunci motor, "Yuk!" ajaknya kemudian. Honda pun sudah menari riang di jalanan di bawah rintik-rintik hujan. Suasana paska hujan sengguh dingin. Berrr....

"Kita kemana?"
"Kemana bagusnya?" tanyaku tak tahu..
"Kemana ya?? Septri maunya kemana?"
Karena Widi pun tak tahu mau ke mana, akhirnya aku beranikan diri mengungkapkan keinginan terpedamku.

"Ukh, sebenarnya aku hanya ingin mengunjungi satu tempat. satuuu saja.. Harau..!"

Widi terkejut, "Harau?" Wah, jam berapa sekarang? Bisa-bisa maghrib baru nyampe ke sana.." Widi diam sejenak.. Seperti memahami keinginanku yang begitu besar, akhirnya Widi pun berkata,"Bener ni, mau ke Harau???"

"Iya..!" ucapku mantap..

Akhirnya kami berbelok arah.. menuju Harau.. Tapi cuaca tak mendukung, rintik-rintik hujan itu lama-lama menjadi hujan yang deras. Widi yang awalnya memacu motor kencang terpaksa harus mengurangi kecepatan.

Jalanan pedesaan begitu asri, udaranya yang segar, benar-benar membuat hati tenang. Di pinggir jalan lurus ini ada beberapa pohon rindang. dan setelah itu terhampar sawah nan luas. Di ujung sana tampak gunung-gunung tinggi. Tapi setelah berjalan lebih dalam, gunung-gunung itu tak tampak lagi berganti dengan dinding-dinding batu yang sangaat tinggiii.. Ngeri aku memandangnya. tak terbayang jika batu-batu itu ambruk menimpa rumah-rumah penduduk yang ada di bawahnya. aku seperti memasuki desa terisolir. karena dinding-dinding batu itu melingkari desa ini. Gua yang besar.


Mata kami pun akhirnya disejukkan oleh pemandangan indah dari air-air yang berlomba-lomba menuruni tebing ini. Masyaallah, indahnya...
Ada banyak air terjun di sela-sela dinding batu ini. satu. dua. tiga. empat. lima.

Pengalaman seru. Rasa capek dan kondisi pakaian yang basah tak mengirangi semangat kami karena akhirnya semua itu  mampu terobati oleh pemandangan luar biasa itu... Pesona jutaan air yang jatuh menghujam bumi... Syukron Ukhti Widi, karena sudah memenuhi keinginan ku untuk mengunjungi harau... walau aku sedikit memaksa..;)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar