Senin, 20 Februari 2012

Perjalanan Ba'da Maghrib

Hujan derass di luar sana saat adzan Maghrib menggema dari speaker Mesjid Nurul Ilmi.. Beberapa akhwat dari UNRI yang berkunjung ke UNAND sebagian besar sudah siap dengan mukena mereka, duduk rapi di atas sajadah menyimak dan menjawab adzan dengan khusyuk.. cepat aku menghabiskan makanan berbuka-ku...
Ba'da sholat Maghrib aku pun pamit pada mereka dan panitia, minta maaf karena nggak bisa nemenin mereka hingga akhir acara, takut kemalaman. Hujan pun sudah nggak deras lagi, tinggal rintik-rintik saja.

Ku kembangkan payungku, melewati halaman Mesjid terus ke jalan ke arah PKM.. Berjalan sendiri, malam kian larut. Dingin, sepiii...Baru sampai bundaran rektorat, tiba-tiba ada truk berhenti di sebelahku. tanpa membuka kaca truk, aku bisa melihat samar-samar kalau supir truk itu mengajakku naik, supir yang "baik" memberi tumpanan pada orang yang tak dikenalnya. Sedikit curiga, aku terus menolak, beberapa kali hingga akhirnya si supir pun pergi dengan truk kuning itu... Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika aku naik tadi. Aku tahu hari sudah malam, tapi tk sudilah aku naik truk denga pengemudi tak dikenal begitu. Lagipul aku yakn masih ada angt.

Pelan aku menelusiri jalan itu, jalan yang sama yang aku lewati tiap kali berangkat sholat subuh sewaktu masi tinggal di Asrama. Dulu aku serig melewati jalan ini, sendirian.. sekitar pukul 4.30 WIB, dingin, sepi, gelap.. Persis seperti malam ini...

Tak lama ada angkot, aku pun naik. Di dalamnya sudah ada penumpang tiga orang, semuanya laki-laki. Dari seragam yang mereka kenakan aku tahu kalau mereka masih duduk di bangku SMP. Tapi...apa itu ditangan mereka..benda tabung panjang yang mengeluarkan asap, dan dengan santai adik-adik itu menghisapnya.. Uhuuukkk... Wah, ak tak tahan...Salah satu dari mereka menurunkan rokoknya, dan yang lain bertanya...

"Eh, kok diturunin??"
Setengah berbisik si adik menjawab setengah berbisik sambil melihat ke arahku,"Ini namanya menghargai orang lain yang nggak merokok...."

APA???? Ada ya cara menghargai yang seperti itu??? Ehm, oklah aku terima, tapi jik rokok itu dimatikan aku akan lebih senang lagi...

Angkot hijau ini belum jalan-jalan juga, menunggu penumpang. dan tak lama angkot pun penuh..Seorang mahasiswi yang duduk di sebelah adik-adik SMP yang merokok itu bertanya..
"Kok, mau sih merokok? Kan rokok banyak racunnya...?"

salah satu dari mereka menjawab,"merokok tu bisa ngilangin streess, Kak!" ujarnya membela diri..

Si mahasiswi tak mau menyerah,"ngilangin stress??? ngilangin nyawa, IYA.." senyumnya tajam...

Aku yang tepat berad di belakang supir hanya terdiam mendengarkanobrolan mereka..

Si adik tak mau kalah, "Ah, kakak! Masa sih?"
"Ih, iya lagi.. u rokok ya tiap bagiannya mengandung racun...bla...blaa....blaa..." Si mahasiswi menjelaskan panjang lebar...
Tapi si adik tetap saja "menikmati" rokoknya...

Beberapa menit kemudian terdengar lagi suara lembut tapi tegas dari masiswi tadi.."Ehmm, Dek! Kak boleh mnta tolong nggak???"
"Ehm, apa tu Kak" adik itu sedikit curiga..
"Bisa, nggak rokokna dimatiin dulu?"
Setelah berpikir cukup lama si adik pun membuang rokonya yang memang sudah hampir habis itu...

Alhamdulillah, akhirnya kami si perokok pasif ini bisa sedikit lega..(Dalam hati aku kagum pada si mahasiswi ini, syukron Ukhti...)... Aku pun bisa menghiru udara segar malam di bukit UNAND ini.. Udara seepas hujan memang menyegarkan..

Angkot pun akhirnya jalan juga...Sampai di gerbang UNAND, ada penumpang naik. seorang bapak-bapak.. Dan,,,gawat dia merokok..Oh, sesakkk lagiiii..... Mana supirnya ikiut-ikutan merokok juagaaa.....

Ah, mereka inilah rupanya yangmengajarkan para pemuda tanggung itu...MEROKOK.....

Setengah jam bersama asap rokok... Pak, kalau kami para perokok pasif meninggal gara-gara asap-asap beracun yang Bapak-bapak produksi itu...Apa Bapak-bapak mau bertanggung jawab????????

Aku tak suka orang-orang yang suka merokok.....ROKOK....jauhhh....jaaauuuuhhh dari ku...

Ah, saudara-saudaraku bagaimana menghenikan "hobi"mu itu????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar