Senin, 06 Februari 2012

Antara aku, dia dan Allah

Antara aku, dia dan Allah
Entah sudah berakhir atau belum. Antara senang dan sedih. Senang karena sekarang kalau sholat udah nggak malu lagi. Tapi sedih karena kini nggak bisa komunikasi dengan dia lagi. Mencintai-Mu Ya Allah memang butuh pengorbanan yang besar karena apa yang Engkau janjikan lebih besar dari dunia ini, yaitu pertemuan dengan-Mu kelak.
Aku tidak ingin ada tabir diantara aku dengan-Mu, Ya Rabb. Tapi bolehkah aku curhat sekarang wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati. Bayangannya masih terus terlintas di pikiranku. Kenangan-kenangan manis dengannya masih terasa. Katanya dia melakukannya bukan untukku tapi untuk-Mu, apa benar itu ya Rahman? Dia tidak membalas surat yang kukirimkan tapi dari status yang dia buat dan smsku yang tidak di balasnya lagi sepertinya dia sudah membaca pesan itu. Tapi nampak dia begitu sedih, apa kata-kataku itu terlalu kasar ya? Apa dia tersinggung. Dia tidak menjawabnya. Padahal aku butuh tanggapan. Atau aku pura-pura tidak tahu saja kalau dia sudah membaca surat itu? Apa dia jadi membelikan buku yang aku titipkan? Akankah dia sms untuk mengabariku tentang buku-buku itu. Kalau dia sudah beli kan bisa aku bayar. Tapi kalau belum, ya tak apalah, kan dia juga udah usaha untuk mencari buku-buku itu. Ya Allah dia baik banget, tapi kebaikan-Mu jauuuh lebih banyak. Ya Allah, dia perhatian banget, tapi perhatian-Mu jauuuh lebih besar.
Hai Ikhwan, jangan marah kalau aku lebih memilih cinta Allah. Karena Allah tak pernah menhkhianati cinta-Nya. Ketika aku mencintaimu aku tak tahu apa kau juga mencintaiku. Tapi ketika aku mencintai-Nya aku tahu Dia juga mencintaiku, bahkan cinta-Nya lebih dari yang kuinginkan.
Ada beberapa statusnya yang lucu, katanya kali ini dia pulang dalam keadaan sakiitt.. entah sakit hati atau fisiknya benar-benar sedang sakit aku tak paham, kecuali dia mau menjelaskannya padaku. Tapi rasanya tak mungkin dia mau cerita padaku. Seseorang yang bukan apa-apa baginya. Menghadapinya seperti menghadapi anak kecil yang sedang merajuk. Ku kasih permen dia nggak mau, ku kasih es krim dia juga nggak mau. Berarti membujuknya lebih susah lagi daripada anak kecil. Karena anak kecil dengan baju stelan biru dongker itu kini telah dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar