Senin, 06 Februari 2012

Dialog Dua Hati
Semua berasal dari hatiku ku rasa. Hatiku yang harus debenahi terlebih dahulu. Wah, wah, wah kudu baca lagi nih referensi manajemen hati... hati, dialog yuk...
Hati        : wah, stress. Amanah dakwah begitu BERAT. Ada riak-riak kecil mengelilingi hati. Tetap bertahan, atau cabut aja. Rencana nggak mau datang rapat. Tapi, akhirnya datang juga. Namun diuji dengan rasa kecewa. Yang lain kemana ya? Kok yang datang ketuanya aja. Telat nggak bisa atau bagaimana. Tak ada yang konfirmasi. Ketika mau pulang, ketemu salah seorang anggota tim. Sengaja menghindar nggak tahunya dia menghindar juga. Mukanay dingin bak batu Es. Siapa peduli. Oh tidak. Hati hati jaga hati. Aku merana, nelangsa. Tak sadarkah dia telah menyakiti hati ini?
Pikiran positif     : hati, nggak usah stress. Nggak usah terlalu dipikirin. Bukannya itu yang kamu mau. Gadhul bashar. Iya, kan. Sekarang saat saudara-saudaramu melakukannya kok malah kamu yang tak suka. Bagus kan. Mengenai rapat, bukankah sejak awal kamu juga nggak mau datang karena nggak mau ketemu dia. Lantas kalau dia berpikiran yang sama denganmu, why not? Biasa aja kan. Sekali lagi nggak usah terlalu dipikiran. Ok, sayang!
Hati        : tapi aku sedih karena sikapnya itu terlalu dingin, masa iya aku sms kadang dia nggak balas, kadang balasnya telat, kadang isinya kaku banget. Padahal dulu sebelum aku menasehatinya dia begitu ringan, enak diajak bicara. Memang sih aku yang marahin dia waktu dia sms seperti itu, banyak becandanya, tapi itu kan karena aku takut tambah sering smsan sama dia, akhirnya penyakit hati. Tapi aku juga nggak suka yang kaku-kaku amat.
Pikitan Positif     : hm,hm,hm. Susah juga nih. Nggak mau becanda tapi nggak juga mau yang kau-kaku banget. Yah, mau bagaimana lagi itulah konsekuensi atas nasehat kita. Bagus kan dia mau ngikutin nasehat kita. Kita jadi lebih mudah juga jaga hati. Sabar, sabar. Dalam nasehat-menasehati memang butuh kesabaran.
Hati        : huaahhh.... ok lah....
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar